Prangko · September 13, 2013 0

Nafas Pagi

Pagi masih tersimpul di balik setiap hembusan kata. Diksi yang sudah lagi tak punya jaringan luas masih harus berputar di sekeliling yang bisa aku lagukan. Aku ingin menulis, menyebarluaskan harapan yang kadang harus aku tutup. Mengapa? Tak ada lisan seumpama menyibak semua garis darah yang ingin dituangkan. Sesekali aku melihat, bagaimana cara orang mengenal sesama untuk mengetahui lebih dekat. Lantas, apa mulut langsung bergumam mengisyaratkan yang terpendam? Tidak semua bisa bergerak sesuai alur naluri seseorang. Lalu aku pun diam, menimang apa yang harus aku lihat, dengar, dan rasakan. Padahal sekeliling seolah-olah buta terhadap manusia satu ini.
Jadi, pagi ini aku akan menghirup nafas yang seperti apa ya…

Menuai pagi dengan diksi yang masih bisa ku eja..
Serang, 14 September 2013