Prangko · Juli 8, 2015 13

Hujan dan Kamu

Sumber gambar
Hai, apa kabar?
Juli hujan belum kelihatan. Sama seperti kamu tidak kelihatan. Tapi masih sama-sama ada. Tapi hujan itu dekat. Tidak jauh seperti kamu. Kamu lebih tidak kelihatan.
Terkadang aku menunggu hujan, terkadang juga tidak. Tapi aku selalu menunggu kamu. Sebab kamu lebih sering menghilang dibanding hujan.
Hujan itu dingin. Persis, seperti kamu. Hujan juga bisa hangat. Mungkin kamu juga bisa. Jangan ketus-ketus, nanti dimarahin hujan!
Hujan itu nyaman. Tapi tidak meneduhkan. Sebab orang-orang selalu pergi berteduh karena hujan. Tapi hujan itu baik, meskipun tidak meneduhkan. Karena hujan membuat orang mencari tempat untuk berteduh. Membuat orang menemukan tempat yang mampu meneduhkan. Bahkan membuat orang saling menemukan. Saling meneduhkan. Hebat kan hujan? Aku tahu kamu pun bisa meneduhkan. Karena setiap orang punya kemampuan untuk membuat orang lain singgah dan akhirnya nyaman. Yang aku tidak tahu, kamu itu meneduhkan buatku tidak? Yang aku tidak tahu, kamu ingin membuat teduh siapa? Yang aku tidak tahu…. Ah bukan tidak tahu. Hanya belum tahu. Nanti juga tahu. Tapi nanti kan lama ya? Nunggu kamu juga lama.
Hujan itu luar biasa. Selalu ada orang yang mengistimewakan hujan. Karena hujan luar biasa. Karena hujan istimewa. Karena hujan punya rumah sendiri untuk memaknai hidup juga kehidupan. Tapi hujan bukan kamu. Kamu biasa. Kamu sederhana tapi rumit. Dan aku tidak ingin kok kamu seperti hujan. Kalau kamu luar biasa, apa jadinya aku yang biasa saja ini? Kalau kamu luar biasa, kesempatan aku mencari kamu akan sangat kecil. Begitupun sangat kecilnya kamu mau menemukan aku. Bahkan mungkin aku tidak lagi punya kesempatan. Jangan. Nanti aku jadi sebal. Jadi biasa saja. Jangan hebat-hebat. Jangan tinggi-tinggi. Kamu hanya perlu sederhana tapi istimewa.
Aku tidak apa-apa kalau bulan ini hujan tidak datang. Tapi aku bakal kenapa-kenapa kalau kamu yang tidak datang-datang. Bercanda! Dah!
Dalam Juli, 2015
Happy Hawra