Prangko · Oktober 31, 2015 13

Hujan yang Kehilangan

Sumber gambar

Mempercayai itu sulit. Sama sulitnya dengan dipercayai. Jika segalanya tak bisa kau percaya, maka segalanya akan hilang mengudara. Kau mau menganggapnya seperti itu?

Barangkali, mungkin saat ini kau tahu jawabannya. Mengapa hari ini, hujan yang turun terasa detiknya saja. Padahal kan sudah lama, manusia bicara kepada awan di atasnya. Kepada langit di tingginya.

β€œAkankah kau mau datang ke bumi? Tak perlu lama-lama. Pun tak perlu hebat-hebat. Biar kita bisa menikmati saja sejuknya, sepinya, juga redanya.”

Dan ia pun turun. Membuat manusia sementara tersenyum. Kemudian kecewa, karena hanya lewat saja. Namun, kau pun berpikir kan kalau sebenarnya hujan peduli? Maka hujan mengisyaratkan rinainya, agar manusia tau kalau sebenarnya ia tak pergi kemana-mana. Tak benar-benar hilang.

Barangkali hujan belum bisa percaya. Kepada manusia dan hati-hatinya. Apa manusia akan mensyukurinya? Apa manusia bahkan membencinya? Tanyanya, kepada dirinya sendiri. Kau pun berpikir kan, kalau sebenarnya hujan juga takut? Takut akan penolakan. Takut akan kehilangan. Padahal ia seharusnya takut, karena saat ini, ia telah kehilangan dirinya sendiri.

Semoga hujan bisa mempercayai siapa-siapa. Agar tak kehilangan siapa-siapa. Dan sebaliknya, dan sebaliknya.

Semoga hujan lekas turun. Dan kau lekas pulang.

1 November 2015.
Happy Hawra


**
Selamat kembali. Sebab rasanya terlalu lama pergi.