Prangko · Februari 7, 2016 10

Yang Diam dan Sembunyi

Sumber gambar



Bagaimana bila kamu mencintai yang memilih diam dan sembunyi.

Di antara laki-laki yang pernah mendatangimu, kamu lebih memilihnya. Yang bahkan kamu sendiri tidak pernah tahu apakah dalam hatinya–dia juga memilihmu. Tapi kamu tahu, setelah kamu menelusuri ke dalam matanya, ke dasar hatinya, ada sesuatu yang menjadi alasanmu ingin sekali lebih sering bertemu dengannya. Sebab setiap kali melihatnya, kamu merasakan gempa bumi pribadi menjalar hebat dalam dadamu.
Kamu biasa saja waktu orang bilang ia juara sejagat raya. Tapi kamu tidak biasa saat sedang ‘khusyuk’ mendengarkan suaranya. Kamu begitu mencintai suasana dalam dirinya ketika menyanyikan nada. Sesederhana itu kamu menyukainya. Tapi itu bukan apa-apa, karena kamu sepertinya memang mulai mencintainya. Ya, kamu mencintai apa-apa yang ada dalam dirinya. Padahal kamu belum tahu, ia mencintai apa-apa yang ada dalam dirimu atau tidak.
Bagimu, dia adalah penyepi. Yang paling ahli menyembunyikan hati. Paling tabah mengendalikan diri. Sementara kamu sendiri adalah yang paling sempurna menanti-nanti. Tapi kamu sangat percaya bahwa ‘diam tidak melulu soal kepecundangan.’ (*)
Kamu sekali lagi percaya, bahwa mencintai bukan hanya soal waktu, soal keberanian, atau soal kesempatan. Namun, soal keimanan dan ketakwaan.’ (**)
Kamu ikhlas menunggu, tanpa paham batas waktu.

Happy Hawra

(*) Azhar Nurun Ala, dalam “Jatuh”
(**) Kurniawan Gunadi, dalam “Hujan Matahari”


Ditulis untuk #NulisBarengAlumni Kampus Fiksi dengan tema Ikhlas.