Prangko · Mei 19, 2016 10

Kata-kata dan Kepala yang Sudah Lama Tak Ada Isinya

Sumber gambar


Segelas kopi.  Sebuah notebook di depan mata.  Dan kepala yang sudah lama tak ada isinya.
Hari-hari, lama tak benar-benar jadi hari. Senin-Minggu melulu, tak sampai juga kepadamu kabar baru. Seluruh tubuhmu yang hidup adalah kekuatan-kekuatan kosong yang diciptakan sendiri. Tak ada masalalu. Tak ada dirimu. Tak ada kata-kata, perihal yang membuatmu lebih putus asa.
Kamu ingin memainkan jari-jari panjangmu. Tapi tiada bisa kamu menembus putihnya yang lebih dulu memakimu. Berkata, tak usah pura-pura punya cerita. Basi! Seluruhnya sudah basi! Kendati demikian, penamu malah dipatahkannya dan layarmu mendadak mati. Kemudian kamu datang kembali sebagai seorang putri tidur. Kamu jatuh… Lelap… Dan imajimu, tetap saja tiada. Bodoh. Bahkan di alam bawah sadar, kamu tak bisa menemukan siapa-siapa. Kamu tidak pula mendapatkan apa-apa.
“Mungkin, seharusnya kamu sudah mati sekarang ini.” Kertas putihmu bicara sekali lagi. Dengan nada lebih pelan kali ini. Tapi tetap …. menyakiti.
Udara dan sepi, mungkin pulang ke kampungnya. Keduanya teman bicara paling juara. Tetapi mereka pun minta cuti untuk tidak menemani. Kemudian malam menjadi lebih pengap dari biasanya. Dan ruangan ini, kamu seringkali hanya meninggalkan debu dan sampah saja. Katamu, kamu muak kepada hampa. Sementara isi ruangan ini seluruhnya muak kepadamu. Tak ada yang bahagia. Kamu atau benda-benda di sekelilingmu. Semuanya saling berbalik, memilih jalan pergi sendiri. Kamu tahu untuk apa?
“Apa arti bahagia?”

“Bertemu dengannya tiba-tiba.”

“Meski tidak lama?”

“Meski tidak lama.”

“Lalu, apa yang ingin kamu lakukan setelah bertemu?”

“Tidak ada.”

“Lantas, untuk apa kesempatan itu ada?”

“Untuk mengharap kesempatan-kesempatan lainnya ada.”
Semuanya saling berbalik, memilih jalan pergi sendiri. Kamu tahu untuk apa?
Untuk mengembalikanmu yang sudah hampir gila.
260. Setidaknya, masih ada yang bisa orang lain baca. Tidak peduli seberapa basinya.